Ada Biskuit di Saku Penerjemah Presiden

Jakarta - Bisa menikmati naik Mercy limosin bersama raja dan menteri memang menjadi berkah dan kebanggaan tersendiri bagi penerjemah seperti Muchlis Hanafi. Tapi selama kariernya menjadi penerjemah sejak 2002, terselip pula pengalaman yang nyaris membuatnya jatuh pingsan. Hal itu terjadi sekitar 2006 saat bertugas di masa Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.


"Sepertinya itu kealpaan saya. Agenda pertemuan Presiden waktu itu nyaris tanpa jeda. Saya hampir pingsan karena baru sempat makan jam empat sore," kenang Muchlis saat dihubungi detikcom, Senin (6/3/2017).

Atas dasar pengalaman itu, selain sarapan yang cukup sebelum bertugas menjadi penerjemah, ia selalu menyelipkan camilan ringan di saku jasnya. "Iya, setidaknya saya harus selipkan biskuit. Kan, ketika Presiden dan tamunya makan siang, misalnya, kita tidak boleh ikut makan," ujar ahli tafsir lulusan Al-Azhar, Kairo, Mesir, itu.

Untuk menu sarapan, Muchlis mengaku tak punya pantangan atau harus menyantap menu khusus. Ia cuma membatasi agar porsinya tak terlalu banyak. Juga menghindari makanan yang mungkin bisa menimbulkan diare.

"Selebihnya tak ada persiapan khusus, saya menjalani biasa saja," ujar cucu Pahlawan Nasional dari Bekasi KH Noer Ali itu.

Selama kunjungan Raja Salman di Bogor dan Jakarta, 1-4 Maret, Muchlis bertugas sebagai penerjemah untuk Presiden Joko Widodo. Saat sang raja melanjutkan perjalanan ke Brunei Darussalam dan berlibur ke Bali, ia turut mendampingi Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin mengantar hingga Halim Perdanakusuma. Tapi, dari Halim, Muchlis 'dipinjam' oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya ke Bali.

"Kan di Bali Pak Arief yang ditugasi untuk menyambut kedatangan Raja Salman dan rombongan, jadi saya ikut ke Bali," ujar suami Rifqiyatul Mas'ud itu.

Post a Comment

0 Comments